Translate

Jumat, 27 Juli 2012

SEJARAH RINGKAS PEMERINTAHAN KABUPATEN LANGKAT

SEJARAH RINGKAS PEMERINTAHANKABUPATEN LANGKAT




A. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang
Pada masa Pemerintahan Belanda,
Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan
dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan
pemerintahan yang disebut Residen dan
berkedudukan di Binjai dengan Residennya
Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang
mendampingi Sultan Langkat di bidang orangorang
asing saja sedangkan bagi orang-orang
asli (pribumi) berada ditangan pemerintahan
kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat
berturut-turut dijabat oleh :
1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-
1892
2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik
Rakhmatsyah 1893-1927
3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan
Assisten Residen struktur pemerintahan
disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut
Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara
berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja
kecil Karo) yang berada di desa.
Pemerintahan luhak dipimpin secara
Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin
seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin
seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala
kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk
asli yang pernah menjadi raja didaerahnya.
Pemerintahan Kesultanan di Langkat
dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak
1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di
Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil.
Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2
Distrik yaitu :
1.1 Kejuruan Selesai
1.2 Kejuruan Bahorok
1.3 Kejuruan Sei Bingai
1.4 Distrik Kwala
1.5 Distrik Salapian
2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di
Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran
Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah
ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu
:
2.1 Kejuruan Stabat
2.2 Kejuruan Bingei
2.3 Distrik Secanggang
2.4 Distrik Padang Tualang
2.5 Distrik Cempa
2.6 Distrik Pantai Cermin
3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan
Berandan dipimpin oleh Pangeran
Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini
terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.
3.1 Kejuruan Besitang meliputi Langkat
Tamiang dan Salahaji.
3.2 Distrik Pulau Kampai
3.3 Distrik Sei Lepan
Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial
Belanda beralih ke Pemerintahan Jepang, namun
sistem pemerintahan tidak mengalami
perubahan, hanya sebutan Keresidenan
berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh
Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu
dipimpin oleh Bunsyuco
Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada
tanggal 17-08-1945.
B. Masa Kemerdekaan.
Pada awal kemerdekaan Republik
Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang
Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan
Kabupaten Langkat tetap dengan status
keresidenan dengan asisten residennya atau
kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku
Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh
Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi
militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat
terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara
Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di
Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan
Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan
Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara
administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah
otonom yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap
Bukit.
Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka
Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga)
kewedanan yaitu :
1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di
Binjai
2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di
Tanjung Pura
3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di
Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan
dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi
pemerintahan langsung dibawah Bupati serta
Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat
akhir.
Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh.
Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care
Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh
Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim
0202 Langkat.
Dan secara berturut-turut jabatan Bupati
Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:
1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974
2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979
3. R. Mulyadi 1979 – 1984
4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989
5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994
6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 –1998
7. H.Abdul Wahab Dalimunthe, SH
3-9-1998 s/d 20-2-1999
8. H.Syamsul Arifin, SE 1999-2009
9 . Ngogesa Sitepu 2009-sekarang
Untuk melaksanakan pembangunan yang
merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah
p embangunan.
1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu)
meliputi
a. Kecamatan Bahorok dengan 19 desa
b. Kecamatan Salapian dengan 22 desa
c. Kecamatan Kuala dengan 16 desa
d. Kecamatan Selesai dengan 13 desa
e. Kecamatan Binjai dengan 7 desa
f. Kecamatan Sei Bingai 15 desa
2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir)
meliputi
a. Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1
Kelurahan
b. Kecamatan Secanggang dengan 14
Desa
c. Kecamatan Hinai dengan 12 desa
d. Kecamatan Padang Tualang dengan 18
desa
e. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15
desa dan 1 kelurahan.
3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru)
meliputi
a. Kecamatan Gebang dengan 9 desa
b. Kecamatan Brandan Barat dengan 6
desa
c. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa
dan 5 kelurahan
d. Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan
3 kelurahan
e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14
desa 2 kelurahan
f. Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan
3 kelurahan
Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin
oleh seorang pembantu Bupati.
Disamping itu dalam melaksanakan otonomi
daerah Kabupaten Langkat dibantu atas
dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik
Departemen maupun non Departemen yang
kesemuanya merupakan pembantu-pembantu
Bupati. Dalam melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan dan pembangunan.
C. Kondisi Wilayah
1. Geografi
Daerah Kabupaten Langkat terletak pada
3014’ dan 4013’ lintang utara, serta 93051’
dan 98045’ Bujur Timur dengan batas-batas
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatas dengan selat
Malaka dan Prop. D.I.Aceh
- Sebelah Selatan berbatas dengan Dati
II karo.
- Sebelah Timur berbatas dengan Dati II
Deli Serdang
- Sebelah Barat berbatas dengan Dati
D.I Aceh (Aceh Tengah)
2. Topografi
Daerah Tingkat II Langkat dibedkan atas 3
bagian
- Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 – 4
m diatas permukaan laut
- Dataran rendah dengan ketinggian 0 –
30 m diatas permukaan laut
- Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 –
1200 m diatas permukaan laut
3. Jenis – jenis Tanah
- Sepanjang pantai terdiri dari jenis
tanah ALLUVIAL, yang sesuai untuk
jenis tanaman pertanian pangan.
- Dataran rendah dengan jenis tanah
GLEI HUMUS rendah, Hydromofil
kelabu dan plarosal.
- Dataran tinggi jenis tanah podsolid
berwarna merah kuning.
4. Aliran Sungai
Daerah Kab. Langkat dialiri oleh 26 sungai
besar dan kecil, melalui kecamatan dan desadesa,
diantara sungai-sungai tersebut adalah :
Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan,
Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain.
Secara umum sungai-sungai tersebut
dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan
dan lain-lain.
5. W i s a t a
Didaerah Kab. Langkat terdapat taman
wisata Bukit Lawang sebagai obyek wisata,
Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan udara
sejuk oleh hujan trofis, dibukit Lawang ini
terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas)
yang dikelola oleh WNF
Taman Nasional gunung Leuser merupakan
asset Nasional terdapat berbagai satwa yang
dilindungi seperti:
Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau,
siamiang juga terdapat tidak kurang dari 320
jenis burung, 176 binatang menyusui, 194
binatang melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis
species tumbuh-tumbuhan serta yang paling
menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di
dunia.
6. Industri dan Pertambangan
Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya
di Sumatera Utara yang mempunyai
tambang minyak yang dikelola oleh
Pertamina dan berada di kota Pangkalan
Berandan yang menghasilkan :
a. Kapasitas CDU (MBCD)
- Actual 0,51 (510 Barrel/hari)
- Discharged 0,50 (500 Barrel/hari)
b. Kapasitas CDU-II (MBCD)
- Actual 4,69 (4690 Barrel/hari)
- Discharged 4,50 (4500 Barel/hari)
c. Aspal di pangkalan Susu
- Actual 400 Mm3/hari (400.000 m3/hari)
- Discharged 850 Mm3/hari (850.000
M3/hari)
Disamping pertambangan minyak di
Kabupaten Langkat juga terdapat Industri Gula
yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta
banyak bahan-bahan tambang yang belum
dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir
Kwarsa dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar